Onion Club - Onion Head - Onion-kun

15 Juli 2010

Kisah Sedih Kopi dan Agar-Agar

Diposting oleh Hanifa Vidya Rizanti di 00.36

OHOK OHOK HOEK! Begitulah aku batuk-batuk (yang sebenarnya lebih seperti anj*ng menggonggong) karena kesalahanku sendiri. Ya, ini murni kesalahanku. Baiklah, saya mengaku saya pelakunya, tapi tolong jangan hukum mati dia! Tolong! Ini benar-benar salah saya! Bebaskan dia! Beri saya IP 4! (lho?)

Ini berawal dari ketika Sidang Istimewa Elektro, ketika aku menjadi panitia dan bantu bikin kopi buat mas-mas senior yang rapat. Tadinya disuruh masuk ruangan ikut lihat Sidangnya juga, tapi... ADA YANG GANTENG! Maaf, ada yang aneh maksudnya. Gak ada senior cewe yang ikut sidang. Gawat? Jelas! Hanya ada cewe-cewe angkatanku (2009) yang terdiri dari Milani, Oryz, Dyta, Bona, dan Rong-Rong. Gak ada Rong-Rong sih, aku yang ada. Dan, Sidang begin.

Mas Vandra : 'Pasal satu. (kalo gak salah denger) Eksekutif Mahasiswa Elektro adalah lembaga tertinggi blablablabla... Bagaimana peserta sidang, dapat disepakati?'
Mas Gak-Tau-Namanya (GTN) : 'Saya tidak mengerti maksudnya 'tertinggi' dan mengapa 'tertinggi' dan syalaladubidubidam saya rasa 'tertinggi' itu syalalaparampam...'
Mas Vandra : 'Tanggapan dari Mas GTN adalah syalaladubidubidam dan sebaiknya syalalaparampam, bagaimana peserta sidang, apakah dapat disepakati?'
Mas Gak-Tau-Namanya-2 (GTN2) : 'Menurut saya kata 'tertinggi' itu sudah dungdungdungdung dan tidak perlu syalalaparampam tetapi pompompom...'
(-terus berlanjut-)

Kami cengo.
Bahasa planet manakah kiranya? Sampe akhirnya Dyta berbisik, "Kita keluar yuk?" dan diamini bersama "HWOKEH!"
Otak kami emang standar banget.

Kami melenggang ke himpunan, keluar dari sarang lelaki. Kesalahanku adalah: sampai di himpunan kami membuat kopi untuk mas-mas itu. Aku belum pernah minum kopi sebelumnya. Kami tergiur. Kami ingin mencoba kopi buatan kami yang wangi. Kami ngiler di termos kopinya. Melihat wajah kami udah penuh nafsu (untuk nyicipin kopi maksudnya), Oryz berinisiatif mengambil gelas besar dan mengisi penuh dengan kopi untuk kami minum berenam, bergantian.

Oryz : (lidah antipait) 'Kepaitan! Gak enak!'
Milani : (lidah normal) 'Iya, pait! Banyak ampasnya!'
Dyta : (lidah antikopi) 'Iya ini pait banget!' (padahal emang gak suka)
Bona : (lidah antikopi) 'Gak mau nyobain!'
Aku : (lidah buaya, hehe) 'Enak! AMPASNYA ENAK BANGET!' (langsung neguk sampe abis)

Semua menatapku seolah-olah aku tadi bilang, 'Ada yang mau temenin aku boker? Aku takut sendirian.'

Milani : 'HAH? Kamu suka ampas, Vi?'
Aku : (mantap) 'Iya. Soalnya krenyes-krenyes kalo digigit.'

Semua cengo, dan langsung sepakat untuk nggak mengajak aku buat kopi lagi. Aku gak terima! KRENYES-KRENYES itu enak, tau! Sensasinya berasa di gigi! Dengan alasan yang sama, buah kesukaanku adalah PIR! Ya, tanya saja kenapa aku suka pir: SOALNYA KRENYES-KRENYES.

Gara-gara minum kopi di himpunan, aku ngidam kopi. Aku pingin kopi, kopi, kopi! Terutama ampas krenyes-krenyes. Aku sampai beli kopi sendiri. Pas kumakan bubuknya, hoek! Nggak enak! Lebih enak ampas krenyes-krenyes yang dilarutkan dalam air. Tapi aku ogah minum kopi. Aku cuma mau KRENYES-KRENYES. Jadi kopi bubuk itu cuma kuminum sekali, setelah itu ia terlunta di dalam toples.

Semakin hari aku semakin ngidam kopi. Aku memikirkan bagaimana merasakan kopi dan ampas krenyes-krenyes tanpa harus minum kopi. Gimana, gimana, GIMANA? Aku dihantui oleh kopi. Pas kuis, bahkan pas UAS, aku pengen banget kopi. Terutama kopi paste jawaban temen.

Akhirnya aku menemukan pencerahan: AGAR-AGAR!

Ya, agar-agar rasa kopi. Ada rasa kopinya, ampasnya, dan bukan minuman :D ! Buatnya juga cetek banget. Aku jenius! Aku emang reinkarnasi dari pembantunya Albert Einstein. Tetapi karena faktor X, Y, dan Z (dimana X adalah MALAS, Y adalah X kuadrat, dan Z adalah X+Y kuadrat) sampai tiga minggu berlalu rencana jenius itu belum terwujud.

Setelah berjuang hingga Ibu Pertiwi menangis, akhirnya faktor XYZ itu hilang juga. Semangat '45 timbul. Aku membuat agar-agar itu dengan sepenuh cinta. Aku membaca semua aturan memasak di belakang bungkus agar-agar layaknya membaca pidato kenegaraan. Nasib kemerdekaan Indonesia dipertaruhkan pada agar-agarku. Penting abis.

Yang ada di dalam agar-agar itu bukan hanya air, gula, dan bubuk agar-agar, tapi juga KOPI BUBUK. Ya, harus ada! Mana bisa ada rasa kopi kalo nggak ada kopi? Apalagi KRENYES-KRENYES? Krenyes-krenyes itu wajib. Saking wajibnya, ada satu sendok penuh kopi di agar-agarku itu.

Ritual klasik setelah membuat agar-agar adalah menunggun hingga dingin dan mengeras lalu siap untuk dimakan. Menunggu itu bosan, kata lagunya Gigi - Ya Ya Ya. Aku juga bosan. Satu jam kemudian, aku goyang-goyang loyangnya: masih encer. Satu setengah jam kemudian: nggak berubah.

WHAT THE HELL IS GOING ON?

Dengan putus asa kucolek-colek agar-agar aneh itu, dan... TADAA! AGAR-AGARKU SELEMBEK BUBUR AYAM. Dan ia tidak bisa lebih keras daripada bubur ayam.

NGGAK MUNGKIN! Ini pasti ilusi optik belaka! Agar-agarku nggak mungkin homo. Penampilan bisa jelek, tapi rasanya aku jamin! Mari kita cicipi. Satu, dua, tiga...

Baiklah, rasanya aku jamin KEMANISAN. Padahal seharusnya cukup aku saja yang terlalu manis. Tapi kenapa agar-agarku juga?! Apakah agar-agarku memanfaatkan kemanisannya untuk ke UB, pake lipstik, dan menggaet cowo-cowo ganteng di Teknik? GAK! Aku aja nggak pernah bisa menggaet cowo, masak agar-agarku bisa? Aku gak sudi saingan sama agar-agar.

Rasanya memang rasa kopi, tapi terlalu manis, dan terlalu banyak air. Dan ampas krenyes-krenyes-nya? Sudah pasti ia MENGENDAP DI BAWAH loyang. Terlalu eneg karena saking manisnya.

Trauma. Syok berkepanjangan. Aku nggak bisa masak. Aku gagal! Aku bukan calon istri yang baik! Aku cuma bisa masak air. Ini semua gara-gara kopi di himpunan! Kopi, ampas, agar-agar, kalian membuatku batuk, selamat tinggal... tapi KRENYES-KRENYES selalu dihatiku, selalu, dan selalu...


0 komentar:

Posting Komentar

 

VINIVIDIVIVI Copyright © 2009 Baby Shop is Designed by Ipietoon Sponsored by Emocutez