Onion Club - Onion Head - Onion-kun

8 Februari 2011

Gangguan Tubuh yang Bikin Parno

Diposting oleh Hanifa Vidya Rizanti di 01.49
Semua orang pasti pernah punya masalah sama tubuhnya. Mulai dari yang ringan, sampe yang akut. Bisa penyakit, kecelakaan, atau gangguan tubuh lainnya. Alhamdulillah, sampe detik ini aku gak pernah mengalami yang namanya kecelakaan. Paling banter kecelakaan goreng kerupuk gosong.


Tapi kalo penyakit dan gangguan tubuh lainnya, aku pernah! Sering malah, dan beberapa di antaranya bikin parno sendiri, yaitu:
  1. Asma

    Biasanya disebut sesak napas, bengek, dll. Sejak bayi aku udah divonis dokter kalo punya asma. Menderita banget orang yang punya asma itu. Waktu SD dikit-dikit asmaku kambuh. Kecapean dikit, kambuh. Panas dikit, kambuh. Kambuh kok dikit-dikit!

    Puncaknya waktu kelas 4 SD. SD-ku dulu adalah SD Islam yang setelah pulang sekolah (jam 1 siang), murid-muridnya diwajibkan sholat Dzuhur berjamaah di masjid yang... jauh naudzubillah kalo ditempuh dengan jalan kaki oleh seorang anak perempuan kelas 4 SD! Walhasil dalam sebulan aku diopname dua kali dengan kasus yang sama: ASMA. Jangankan sedih, aku malah seneng karena disuruh tidur seminggu. Di rumah sakit, hidungku dipasang selang berisi oksigen bersih dengan dua katup yang nancep di lubang hidung. Sisi positifnya, aku bisa ngupil tanpa harus mengotori jariku.

    Di kelas 6 SD aku rutin berobat ke Yogya. Layaknya anak dusun, aku kejang-kejang kegirangan tiap kali naik pesawat. Setelah berobat, Alhamdulillah sampai sekarang asma itu nggak pernah kambuh lagi.
  2. Sakit Pantat

    I know, gak elit abis, tapi itu terjadi padaku waktu SMA. Gak bener-bener sakit di pantat sih, tepatnya yang sakit itu tulang ekor. Gatau karena salah duduk, kurang kalsium, atau apa. Yang aku tau, di tulang ekor banyak syaraf. Aku takut rusak syaraf trus buta. Gak lucu dong kalo ada yang tanya, "Kenapa kamu bisa buta, Vi?"

    Aku jawab dengan lugu, "Sakit pantat."

    Parahnya, aku sakit pas lagi enak-enak liburan di Balikpapan, di rumah nenek. Gak bisa duduk dengan nyaman. Takut tembus belakang (halah!). Mama pernah nyuruh berobat ke RS, tapi aku nolak dengan bijak. Aku gak mau dokternya mikir, "Cantik-cantik sakit pantat!"

    Yang nakutin yaitu ketika aku harus pulang ke Bontang. Perjalanan Balikpapan-Bontang, silakan bayangkan roller coaster 600 km, dan jalannya banyak bopeng bekas jerawat batu (jerawat batu jalan, bukan muka). Duduk diam di mobil, enam jam, menahan sakitnya pantat ini. Gara-gara pantat ini, aku sampe lupa muntah. Biasanya aku selalu mabuk darat. Sisi positifnya, sakit pantat adalah obat anti mabuk yang lebih efektif daripada Antimo. Pantatku, bertahanlah!

    Ajaibnya, begitu sampe di Bontang sakitnya ngilang tanpa bekas. Mungkinkah akibat pijet refleksi 6 jam ini?
  3. Nelen Permen Karet

    Di Balikpapan, masih bau kencur kelas 2 SD. Saking gak ada kerjaan aku lari-lari ke warung deket rumah nenek, beli makanan sakral yang menyenangkan bagi anak kecil: permen karet. Aku pengen soalnya aku selalu dilarang makan permen karet. Kata Mama, "Mbak Vivi, jangan makan permen karet. Ntar kalo ketelen KAMU BISA MATI."

    Sebodo. Aku nggak bakal nelen juga kok. Cuma mau belajar buat balon aja. Sambil lari-lari lagi, aku pulang makan permen karet. Aku mati-matian berusaha buat balon, tapi kok licin ya? Produksi air liur berlebih rupanya menghambat pembuatan balon. Aku gak nyerah! Sebul, masuk, sebul, masuk, sebul... lha, kok permen karetnya ilang? Apa nih yang nyangkut di tenggorokan? Permen karet? Gak lama, permen karet itu melewati tenggorokanku.

    AKU BAKAL MATI!

    Aku langsung komat-kamit. "Ya Allah, aku masih kecil! Aku belum rangking satu! Aku banyak dosa! Aku belum nikah dan punya adek (anak, maksudnya)!"

    Gak lama, kok aku ngerasa mules ya? Aku lari ke WC, lupa kalo sedetik yang lalu aku mau mati. Namanya juga masih bayi; gampang panik, cepet lupa. Abis menunaikan boker, mata gak sengaja ngeliat ke lubang WC pas mau nyiram. Aku melotot. Nah loh, ITU 'KAN PERMEN KARETKU TADI?

    Yes, aku gak jadi mati!
  4. Kutuan

    Kutu kepala, bukan kutu beras. Aku gak ngerti kenapa aku (dulu) bisa kutuan. Kena kutu(k) kali ye? Entah siapa yang nularin, pokoknya kutuan itu gak banget deh! Dan aku mengalaminya waktu SD dan SMP.

    Pas SD, kutuan pasca opname karena asma. Buntung banget gak sih, asma hengkang kutu datang! Gak tau kenapa, gak lama kutu-kutu itu ilang sendiri. Hipotesisku, mungkin makhluk-makhluk itu gak tahan tinggal di kepalaku dan cari kepala lain. Kalo diibaratkan tuh Perumahan Agung Sedayu Group, sedangkan kepalaku Perumahan Kampung Mendayu Group.

    Pas SMP, gak ada gledek apalagi ujan, kutu-kutu nakal nyantol di daleman jilbabku. Aku syok, kejang-kejang, muntah darah... itu gejala TBC, ding. Satu hal yang pasti, aku positif terjangkit kutu. Satu-satunya obat kutu yang kutau adalah P*ditox.

    Kata Mama, "Mbak Vivi, jangan pake P*ditox. Ntar KAMU BISA MATI."

    Sialnya, waktu itu lagi santer-santernya isu mati karena pake P*ditox. Mamaku yang parnoan, dikit-dikit bilangnya "Kamu bisa mati!". Ya gimana gak mati kalo P*ditoxnya bukan disiramin ke kepala malah disiramin ke mulut coba?

    Setelah bujuk rayu gombal pake permen, balon, mainan... loh, ini Mama apa bayi? Akhirnya Mama mengijinkan untuk pake P*ditox. Hooorrreeee! Kutu(kan) itupun hilang selamanya :D
Yah, itulah sebagian penyakit dan gangguan yang pernah membuatku parno sendiri. Kata orang bijak, kesehatan itu mahal. Jadi kalo kalian sehat, lebih-lebih jarang sakit, bersyukurlah sama Allah, karena sesungguhnya kalian itu kaya :D

Siyuleter! ^^

2 komentar:

Ketika Rahmat Bertasbih on Maret 10, 2011 mengatakan...

mengingatkanku pada asa biadabku -_-"

Hanifa Vidya Rizanti on Maret 14, 2011 mengatakan...

hah, kamu biadab mat? ckck, tobat tobat sudah mat :p

Posting Komentar

 

VINIVIDIVIVI Copyright © 2009 Baby Shop is Designed by Ipietoon Sponsored by Emocutez