Cicak, what r u doin? Cicak...? STAHP!!!

Aslinya, aku ini nggak begitu takut cicak.

Aslinya lagi, aku gampang trauma sama hewan. Mulai dari kucing, bebek, angsa, anjing, kecoak, kutu, entah apa lagi. Pokoknya hewan-hewan itu punya cerita kelam sendiri untukku. Kalopun ada hewan yang bagiku gak berbahaya, mungkin cuma semut (?) #yaiyalah

Dulu pernah pas SD, lagi nonton TV kepalaku kejatuhan cicak. Kemudian heboh serumahan. Dari itu, aku takut banget sama makhluk menjijikkan itu. Tapi ketakutan itu nggak berlangsung lama, karena habis itu cicak di rumahku nggak suka muncul di antara manusia. Alhamdulillah.

Sampai masuk kuliahan, aku belum digodain lagi sama makhluk melata itu. Tapi suatu hari aku bengong, natap langit-langit kamar kos, kemudian sadar: ADA DUA CICAK DI KAMARKU. Satu kecil—anaknya, satu gede—emaknya.

Pertama, nyoba gak peduli. Paling kayak cicak di rumah. Lalu satu hari, habis aku sholat, si anak cicak jalan di lantai! Dalem hati, mumpung baru selesai sholat, sekalian minta, “Ya Allah, usir cicaknya, usir cicaknya!” kemudian dia naik lagi ke atep. Problem solved.

Kali kedua, aku lagi tidur posisi agak ke kiri. Tiba-tiba sebelah kanan ada bunyi ‘TEPLOK’. Feeling udah gak enak. Bener aja, ternyata anak cicak jatoh di bantalku. Jantung deg-degan kayak abis ditembak Yesung sama Kyuhyun bersamaan. Brb bangun ambil baygon (gak tau kenapa ini tapi beneran ambil baygon). Status siaga satu.

Si anak cicak jatuh ke lantai. Gak mikir lagi, aku semprotin dia pake baygon. Masih gerak-gerak mabok. Gak mau kalah, semprat kanan semprot kiri semprot semprot semprot! Innalillahi wa inna ilaihi rojiun... anak cicak telah berpulang dengan tidak tenang ke rahmatullah.

Aku ngerasa kayak tokoh utama cewek yang berhasil membunuh anak Godzilla demi kesejahteraan umat.

Lama berselang, tidak ada terror cicak. Tapi ada sedikit kekhawatiran. Masih ada induk cicak, cuy! Sepanjang gak ganggu, ya gak papa lah menurutku. Sialnya, dia ganggu! Mungkin dia saksi mata atas terbunuhnya anak cicak di tanganku, dan gak terima. #tsaahh

Subuh kemarin, habis sahur mau puasa Senin, aku berniat sholat kemudian tidur lagi. Di tengah-tengah memakai mukena, aku lihat sesuatu nggak wajar nempel di dinding deket kasurku. Ada cicak di jarak rendah!

Seperti yang bisa ditebak, aku belum sempet mikir mau ngapain, dia jatuh ke ranjangku, masuk-masuk ke bantal. Diem. Mikir. Pingin ngemil Combantrin. Kemudian mencoba menerima kenyatakan. Oke, Vivi, jangan syok! *aslinya syok banget -..-

Karena doi nggak keluar-keluar, aku memutuskan untuk subuhan dulu. Pasca subuhan, berdoa (sekalian doa pengusir cicak), ngelipet mukena... doi keluar, cuy! Jatoh di lantai seperti biasa.

Aku ambil baygon lagi (gak tau kenapa, aku refleks banget megang baygon tiap liat cicak padahal bukan serangga). Sebelum si cicak pergi, aku semprat-semprot ke doi. Seperti biasa doi menggelepar dan merayap kesana-kemari. Aku kejar-kejar beringasan sambil terus nyemprot. Menggila di subuh hari.

Lagi asyik dan syahdunya nyemprot, aku merasa ada yang nggak wajar. Napasku sesak. Tenggorokanku kayak tercekat. Kepalaku mual, perutku pusing. Kebalik. Kepalaku pusing, perutku mual. Wait a minute...

Kayaknya, AKU KERACUNAN BAYGON.

Oke, sampe sini aku keluar kamar. Batuk-batuk parah. Hampir muntah, disertai kalimat pengukuhan diri, “Jangan muntah, JANGAN MUNTAH!”. Gak mau lah muntah, udah sahur, mau puasa tauk!

Aku coba masuk ke kamar lagi, kali ini sambil nahan napas. Aku ambil masker di lemari, pake, bernapas seperti biasa, lalu kembali menggila. Semprot, SEMPROT!!!

Akhirnya karena masih keracunan dan itu cicak gak mati-mati (namanya juga induk) aku nyemprot sambil bolak-balik keluar-masuk kamar. Pokoknya pantang menyerah hingga titik darah penghabisan. Mau keracunan kek, apa kek, asal cicak itu mati! #bodo

Lalu, innalillahi wa inna ilaihi rojiun... induk cicak telah berpulang ke rahmatullah dengan tidak tenang. Itu juga setelah menghabiskan setengah kaleng baygon besar. Lantaran gak berani ngambil bangkainya, temen kosku Diana yang ngeluarin bangkainya.

I love you so much, Diana! Semoga Allah membalas kebaikanmu! Sini, aku cium kakimu.

Aku ngerasa kayak tokoh utama cewek yang berhasil membunuh induk Godzilla demi kemaslahatan umat. Setahuku, inilah cerita Godzilla. Anaknya dibunuh dulu, terakhir adalah induknya. Happy ending!

Malem itu, aku tidur dengan tenang. Eng, belum tidur sih, masih ngenet dan ngepo (gak penting). Pas mau tidur, aku menatap langit-langit kamar lagi. Seneng banget, kamarku sekarang bebas dari cicak. Yes!

Tiba-tiba ada sesuatu gerak-gerak di atep. Aku gak yakin itu apa, makanya aku ambil kacamata supaya lebih jelas. Oh, ternyata itu cicak.

Cicak? CICAK?! CICAAAKKK?!! LAGI??!!!

Yah, seingatku filem Godzilla itu memang masih ada lanjutannya: Godzilla 2.

nb: post ini sengaja gak pake meme, soalnya takut gugling gambar cicak. Perkara cicak, timeline twitter-ku jadi penuh teriakan cicak. Followers harap bersabar.