Sepatutnya hari ini aku mbenerin proposal skripsi yang masih
banyak cacat sana-sini, tapi yaa gimana namanya manusia, fitrahnya punya rasa
males.. *alesan ae! Tampar, TAMPAR!!
Jadi mungkin aku pingin cuap-cuap di blog ini lagi. Sebenernya
ngomong di blog itu kayak ngomong sendiri, gak tau ada yang mbaca apa nggak, ‘kan?
Tapi kok ada aja orang ngeblog? Yang pasti, orang ngeblog itu mau menyampaikan
sesuatu, entah untuk banyak orang, untuk sekelompok orang, atau satu orang
*sebut saja #nomention :p
Hari ini cuap-cuap SKRIPSI aja mungkin, ehem.
peringatan: Yang semester atas, yang lagi ngambil SKRIPSI, yang lagi galau SKRIPSI karena buntu, yang belum nemu judul, yang sensitif sama the S word ini, silakan close tab.
Kemudian, nggak ada orang tersisa yang mbaca tulisan ini. Yaudah
sih, masa’ harus ngemis-ngemis,
Kembali ke skripsi. Memang, buat yang masih semester
satu-dua-tiga belum ngerasain mbuat
skripsi. Aku juga belum, sih, belum semuanya. Beberapa yang udah aku rasain,
ditelpon Mama-Papa yang selalu nanya dengan polos,
“MBAK, SKRIPSIMU SAMPE MANA?”
Pengen jawab, “Udah di Malang, Mah,” tapi gak tega. Akhirnya
dijawab juga dengan minder, malu, takut, sambil jongkok di pojokan kamar maen
tanah. Baru sadar, selama ini di kamarku nggak ada tanah.
“Belum seminar proposal, Mah, Pah, masih revisi...”
Kemudian, aku yakin Mama-Papa di seberang pulau sana
tersenyum.
“Ya ndak papa, pelan-pelan. Semester depan kalo belum selesai, mbayar lagi ada uang kok,”
Klik. Telpon ditutup. Aku balik ke ranjang. Tiba-tiba mewek
bombay. Terharu. Iler di bantal nyampur sama air mata. #yeyek
Itulah orang tua. Sejak aku kuliah, semester satu, aku sudah
dipercaya. Uang selalu dikasih langsung untuk satu semester. Nggak pernah tuh,
akhir bulan aku menderita gara-gara ATM kosong. Ortu percaya aku bisa ngatur
keuangan sendiri. Kan udah gede. Padahal yaa, kadang-kadang beli baju, jilbab,
tas, sepatu juga. Nakal pokoke aku iki!
Begitu juga skripsi. Mungkin karena SD-SMP-SMA dulu aku
*ehem, alhamdulillah* lumayan pinter, apalagi Matematika yang notabene berkaitan erat sama IT, ortu
berpikir ‘ah gampang aja kalo buat mbak Vivi
mah’.
Padahal, enggak juga. Matematika itu cuma masalah bagaimana
memahami algoritma yang digunakan. Logic-nya.
Paham sih, gampang. Tapi yang namanya kendala pasti ada. Entah di pengkodeannya
(coding) atau penulisan skripsinya
itu sendiri.
Aku sendiri masalahnya adalah di penulisan itu. Sumpah ya
kalo nulis cerpen atau novel entah kenapa ini jari kayaknya gerak sendiri. Nulis
blog juga gitu. Giliran SKRIPSI? Jangan ditanya. Baru proposal (ulangi:
PROPOSAL) revisi sudah berlembar-lembar.
Ada nggak sih, jasa penulisan skripsi? Coding, program, dan algoritma aku deh, hahaha! #desperate
Anyway, biarpun
ortu bilang begitu, aku selalu mau buru-buru. Kenapa? Aku kurang setuju sama
pendapat yang bilang, “Kuliah santai aja, alon-alon
asal kelakon (pelan-pelan asal dapat
ilmunya, red), main-main dulu sebelum kerja,”
Ada beberapa alasan:
- Kecuali kamu sudah kerja atau dapat beasiswa penuh, yang kamu pake selama ini adalah uang orang tua! Kasihanlah sama orang tua. Mereka semakin tua. Adik-adik (kalo punya adik kayak aku) belum selesai sekolah. Apalagi kalau orang tua sudah pensiun. Kata orang, butuh 100 juta untuk mencetak satu orang sarjana. Kalo bisa mengurangi 100 juta itu, kenapa enggak?
- Kata siapa kalo ngebut gak kelakon? Karena ngebut itu, kita memaksa diri memahami semua yang dibutuhkan untuk tugas akhir, alias SKRIPSI. Dalam kuliahpun, kita nggak dipaksa memahami semuanya. Pasti punya konsentrasi, atau bidang keahlian sendiri-sendiri. Kuasailah dengan baik bidang keahlian kita. Kamu tidak harus bisa semuanya.
- Kata siapa kalo kerja nggak bisa main-main? Walaupun aku belum kerja *ehem*banyak kok orang kerja yang sempat main-main, kecuali kerja sebagai Telkomsel Veronica yang harus stand by sebagai operator. Btw, Telkomsel Veronica bukannya mesin, ya?
- Ini adalah salah satu kalimat favoritku, dari
seorang dosen yang sebenernya aku nggak begitu suka:
“Teman Anda lulus 4 tahun dengan IPK 3.00 dan sekarang sudah memiliki pengalaman kerja satu tahun. Anda lulus 5 tahun dengan IPK 3.50 dan belum memiliki pengalaman kerja. Jika Anda dan teman Anda melamar pekerjaan pada saat yang sama, perusahaan yang sama, posisi yang sama, teman Anda akan lebih dipertimbangkan daripada Anda.”
- Aku sumpek di kampus, tambah penuh.
Ini pemikiranku aja, sih. Kalau ada anak pengusaha yang
bakal mewarisi usaha ayahnya tujuh turunan mau protes, monggo. Aku dilahirkan
di keluarga biasa, sih, nggak paham rasanya jadi anak pengusaha. Maap ya. :p
Kembali ke SKRIPSI, aku harus nyelesaikan revisian (lagi). Males
pake banget, tapi deadline dua hari
lagi jadi harus maksa diri. Karena males itulah, aku mau SKRIPSI ini cepat
berakhir.
Yeah! Hidup mahasiswa-nggak-abadi!
Wassalamualaykum wr wb.
nb: in case ada
yang tanya kenapa di post ini banyak meme, FYI,
sudah setahun lebih ini aku 9gager. :p
2 komentar:
udah.. ndang dikerjakan skripsinya...!! hahaha :P
ya kesimpulannya, skripsi itu emang sesuatu :p
Posting Komentar